Kerjasama dan Kepercayaan Penentu Keberhasilan Asia

29-09-2011 / B.K.S.A.P.

 

Abad ke 20 sering disebut sebagai kejayaan Amerika, sebelum itu kejayaan Eropa. Sementara pada abad ke 21 ini banyak pihak memperkirakan akan menjadi keberhasilan Asia, tanda-tanda itu terlihat setelah Eropa dan Amerika semakin tidak berdaya menghadapi krisis berkepanjangan. Namun kejayaan Asia yang sangat plural ini baru dapat diraih apabila ada kerjasama yang dimulai dengan membangun saling percaya.

“Tidak seperti Eropa yang sangat homogen maka Asia terdiri dari bermacam-macam agama, etnis, sehingga nilai-nilai kerja sama yang diperlukan adalah nilai keterbukaan, kepercayaan, trust sama-sama paham bahwa kita di Asia saling bergantung satu sama lain. Saya sepakat dengan Pak JK, ia bicara bagus,” kata Wakil Ketua BKSAP DPR RI Nurhayati Ali Assegaf usai menyimak keynote speech yang disampaikan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam acara Konferensi APA di Solo, Jawa Tengah, Rabu (28/9/11).

Langkah kongkrit membangun saling percaya itu menurut Nurhayati sebenarnya sudah dimulai dengan mewujudkan Asean Community. Sedangkan lingkup yang lebih besar Asia sudah dimulai DPR dan parlemen negara lain pada kegiatan seperti Asian Parliamentary Assembly – APA yang tujuannya juga membangun kepercayaan dan kerja sama.

Sebelumnya Jusuf Kalla menekankan pilihan melihat ke kawasan sendiri sangat penting, karena kondisi global saat ini sudah berubah. Pada masa lalu ketika ada negara di Asia yang menghadapi krisis, kesulitan ekonomi dan sebagainya, ada kecendrungan berpaling ke Amerika dan Eropa untuk mendapat bantuan.

“Kita tidak bisa lagi mengharapkan bantuan Eropa dan Amerika, karena mereka membantu diri sendiri sekarang ini belum tentu bisa. Kita yakin ekonomi di Asia akan sangat berkembang itu akan jadi modal pokok untuk kerja sama,” tandas JK.

Ia kemudian mengajak anggota parlemen peserta konferensi untuk melihat potensi pangsa pasar 4 miliar penduduk benua Asia yang mencapai 60 persen penduduk dunia. Masing-masing negara memiliki kelebihan sendiri seperti sumber daya energi, sumber daya alam, teknologi, investasi dan lain-lain. Kelebihan itu apabila dipadukan akan menjadi kekuatan ekonomi yang akan mampu bertahan menghadapi imbas badai krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika.

“Kita tahu krisis eurozone akan berlanjut, kita harus punya alternatif ekonomi yang kuat, yaitu Asia itu sendiri. Apabila kita tidak punya ekonomi yang kuat, ekonomi Asia akan terseret lagi krisis Amerika dan Eropa yang sedang berlangsung,” katanya. Ia mengingatkan krisis global tahun 2008, waktu itu Asia terkena imbasnya kecuali beberapa negara seperti Cina dan Indonesia. “Itu karena dua negara ini dapat bergantung pada kekuatan pasar sendiri.”

Kerjasama untuk memanfaatkan potensi pasar 4 miliar penduduk itu menurutnya harus segera dimulai dengan mengedepankan kerja sama ekonomi bukan politik. Pertimbangannya menurut JK karena ekonomi mengedepankan kepercayaan dan tidak dibutuhkan satu sistem yang sama. Sedangkan kerja sama politik tidak mudah karena masing-masing negara punya sistem berbeda. Apabila dimulai dari situ akan diperlukan kerja sama sosial, menyangkut teknologi, masalah keamanan dan lain sebagainya.

Perlu dikembangkan pula kesadaran akan ‘the Asian Value’ yang beranjak dari pemahaman tidak mungkin bangsa-bangsa di kawasan Asia bekerja sama dengan pendekatan Eropa. Sebagai contoh demokrasi barat yang menganut paham ‘the winner take all’ tidak selalu cocok untuk orang Asia. Banyak negara di Asia berhasil dengan demokrasi yang digali dari budaya masing-masing yang juga dipengaruhi agama yang dianut. “Jadi pengembangan Asian Value ini perlu lebih diintensifkan,” imbuhnya.

Ia menyadari beberapa wilayah di Asia masih menyimpan potensi konflik yang tidak kecil seperti di dua Korea, Filipinan, Thailand, Afganistan. Pengalaman menunjukkan konflik di negara tertentu selalu mempengaruhi negara tetangganya. JK yang pernah membantu upaya perdamaian di Filipina ini menyebut cotoh, konflik di Indonesia yang sangat berpengaruh pada Filipina. Begitu ada operasi penangkapan separatisme mereka lari ke Filipina sebaliknya yang di Filipina juga lari ke Indonesia.

“Namun saya meyakini masalah konflik di kawasan ini hanya dapat diselesaikan dengan spirit Asia,” tegasnya. Tepuk tangan membahana di ruang sidang APA ketika JK mengakhiri pidatonya.  (iky) foto:ry/parle

 

 

BERITA TERKAIT
Guatemala Tertarik Bergabung dalam Grup Kerja Sama Bilateral Indonesia
03-02-2025 / B.K.S.A.P.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI menyambut baik kedatangan Duta Besar Guatemala untuk Indonesia, Maynor Jacobo...
BKSAP Perkuat Kolaborasi Kemanusiaan untuk Palestina
31-01-2025 / B.K.S.A.P.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI menggelar pertemuan kedua dengan organisasi masyarakat (ormas) dan lembaga kemanusiaan...
BKSAP Ajak Media Perkuat Diplomasi untuk Perlindungan PMI
30-01-2025 / B.K.S.A.P.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI mengajak media untuk berperan aktif dalam menyebarluaskan berbagai upaya...
DPR Bahas Hubungan Bilateral dan Peran RI di BRICS Plus dengan Rusia
30-01-2025 / B.K.S.A.P.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menerima kunjungan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Gennadievich...